SINDO DOMPU - STKIP Taman Siswa Bima melalui tim pengabdian hibah internal melaksanakan kegiatan Workshop Sinergi Kampus Berdampak dalam Penguatan Kompetensi Guru SD terhadap Siswa dengan Kebutuhan Khusus, Sabtu (22/11/2025) di SDN 1 Maria. Kegiatan ini menyasar guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Wawo serta mahasiswa PGSD sebagai upaya memperkuat pemahaman pendidikan inklusi di sekolah dasar.
Ketua Prodi PGSD STKIP Taman Siswa Bima, Rizalul Fiqry, S.Si., M.Pd., dalam sambutannya menegaskan bahwa regulasi nasional telah memberikan landasan yang kuat mengenai layanan pendidikan bagi peserta didik penyandang disabilitas. Yang menyatakan bahwa penyandang disabilitas merupakan subjek yang memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu.
Ia juga menyinggung Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2023 yang mengatur secara rinci kewajiban sekolah dalam menyediakan layanan pendidikan inklusi, mulai dari identifikasi dan asesmen, penyediaan pendampingan, penyesuaian kurikulum, hingga pemenuhan sarana prasarana yang aksesibel. “Pesan kedua regulasi ini sangat jelas: pendidikan inklusi bukan sekadar alternatif, tetapi kewajiban yang harus diterapkan di setiap sekolah dasar, termasuk di wilayah kita,” ujarnya.
Kegiatan workshop ini merupakan bagian dari program pengabdian internal STKIP Taman Siswa Bima yang diketuai oleh Sri Hardiningsih, M.Pd., dengan anggota tim Mulyadi, M.Pd., dan Ika Suciwati, M.TESOL. Dalam penyampaiannya, Sri Hardiningsih menekankan pentingnya pemahaman guru terhadap pendidikan inklusi karena pendidikan dasar adalah fase krusial pembentukan karakter anak.
Ia mengingatkan bahwa setiap anak berhak merasa diterima dan difasilitasi sesuai kebutuhannya sejak awal memasuki dunia pendidikan. “Di kelas-kelas kita selalu ada anak yang tampak berbeda, lambat membaca, sulit fokus, tidak nyaman di keramaian, atau memiliki hambatan fisik. Mereka hadir bersama anak lain, tetapi belum tentu mendapatkan dukungan yang sesuai. Di sinilah peran guru menjadi sangat menentukan,” jelasnya.
Melalui workshop ini, tim pengabdian berupaya memperkuat kapasitas guru dalam mengenali kebutuhan individual peserta didik, menyesuaikan strategi pembelajaran, membangun komunikasi yang penuh empati, serta memanfaatkan regulasi sebagai dasar profesionalitas. “Guru masa kini dan masa depan dituntut bukan hanya menguasai materi, tetapi juga menjadi fasilitator yang peka, terbuka, dan mampu mengayomi keberagaman,” tutupnya.
Kegiatan berlangsung interaktif dan mendapat respons positif dari peserta, yang berharap pelatihan serupa terus dilaksanakan untuk memperluas pemahaman dan praktik pendidikan inklusi di sekolah dasar di Kabupaten Bima. (KS-Tim)



0 Komentar