SINDO DOMPU - Di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks, sebuah gerakan literasi lahir dari Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. PT Tiga Pilar Dompu bersama komunitas Golden Generation resmi meluncurkan "Pailit Project", sebuah inisiatif pemberantasan buta aksara di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Program ini hadir setelah ditemukannya fakta mencengangkan di lapangan: masih banyak siswa SMP, bahkan di sekolah perkotaan, yang belum mampu membaca atau mengenal huruf.
"Anak-anak kita tidak boleh dibiarkan buta huruf di era digital ini. Ini bukan sekadar proyek CSR, melainkan misi sosial dan kemanusiaan,"tegas Direktur PT Tiga Pilar Dompu, Khaerul Akbar atau yang akrab disapa Bang Akbar, Sabtu (30/9).
Program dijalankan langsung oleh PT Tiga Pilar Dompu bersama komunitas pendidikan Golden Generation. Tim yang terlibat terdiri dari psikolog, sosiolog, aktivis literasi, dan relawan pendidikan. Tidak hanya itu, dukungan juga datang dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Dompu yang menilai gerakan ini sebagai langkah nyata kepedulian swasta terhadap pendidikan.
Tahap awal "Pailit Project" dilaksanakan di sejumlah SMP Kabupaten Dompu sebagai proyek percontohan. Program ini direncanakan akan diperluas ke seluruh sekolah di kabupaten tersebut pada Januari mendatang.
Inisiatif ini telah berjalan sejak pertengahan 2023 dengan pendekatan awal berupa distribusi buku, perangkat belajar, serta pelatihan interaktif di sekolah. Perluasan tahap kedua akan dilaksanakan pada awal 2024.
Hasil evaluasi menunjukkan, banyak kasus buta aksara muncul karena sistem zonasi yang tidak mempertimbangkan kemampuan membaca siswa saat masuk SMP. Hal ini membuat sejumlah siswa terus tertinggal tanpa intervensi khusus.
"Ini bukan kesalahan anak, tapi sistem yang tidak responsif terhadap kebutuhan mereka," jelas salah satu psikolog tim.
Berbeda dari program bantuan umumnya, "Pailit Project" menggunakan pendekatan manusiawi, sosial, dan psikologis. Siswa dibantu membangun kepercayaan diri, motivasi belajar, serta pola pikir positif sebelum diajarkan keterampilan membaca.
Relawan juga melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk melibatkan orang tua dalam proses belajar. Pendekatan ini disambut positif karena keluarga merasa dilibatkan, bukan disalahkan.
Bang Akbar menegaskan, tujuan utama program ini adalah menjadikan Dompu sebagai kabupaten literasi pertama di Nusa Tenggara Barat, bahkan Indonesia Timur.
"Ini bentuk cinta kami kepada tanah kelahiran. Kami ingin anak-anak Dompu tumbuh menjadi pemimpin masa depan, bukan sekadar penonton," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Gerakan literasi yang digagas PT Tiga Pilar Dompu menjadi bukti bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah dapat bersinergi untuk membangkitkan generasi emas Dompu.( Yun )
0 Komentar